
Sinopsis: 172 Hari yang Mengubah Segalanya
172 Days adalah film drama romantis Indonesia yang diangkat dari novel populer karya Nadzira Shafa, dan dirilis pada awal 2024. Disutradarai oleh Hadrah Daeng Ratu, film ini dibintangi oleh Bryan Domani sebagai Arkana Aidan dan Yasmin Napper sebagai Nadzira Shafa. Kisahnya terinspirasi dari kisah nyata yang menyentuh hati banyak orang, tentang cinta dalam balutan ujian hidup yang berat namun sarat makna.
Film ini mengikuti perjalanan cinta Nadzira dan Arkana, pasangan muda yang baru menikah dan hanya sempat menjalani kehidupan rumah tangga selama 172 hari sebelum sang suami berpulang. Bukan sekadar kisah kehilangan, 172 Days adalah refleksi tentang ketulusan cinta, keikhlasan menerima takdir, dan bagaimana seseorang melanjutkan hidup setelah ditinggalkan oleh orang yang paling dicintainya.
Tema: Cinta Sejati dan Keikhlasan yang Menguatkan
Berbeda dari film romantis kebanyakan, 172 Days menyuguhkan cinta yang dewasa dan penuh pengorbanan. Cinta dalam film ini bukan hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga tentang kesediaan untuk tetap bersama dalam sakit, sedih, dan keterbatasan waktu. Penonton diajak menyelami bagaimana pasangan muda ini menghadapi ujian yang luar biasa dengan kekuatan iman dan saling dukung.
Salah satu kekuatan film ini adalah bagaimana ia menggambarkan rasa duka secara realistis namun tetap lembut. Nadzira tidak diperlihatkan sebagai perempuan yang meratap berlebihan, melainkan sebagai sosok kuat yang memproses kehilangan dengan sabar dan penuh keimanan. Film ini juga menyisipkan banyak pesan religi yang mengajak penonton untuk merenung tentang makna hidup, cinta, dan kematian.
Akting dan Visual yang Menyentuh
Bryan Domani berhasil membawakan peran Arkana dengan emosi yang dalam. Ia tampil sebagai suami penyayang yang berusaha memberikan yang terbaik meski mengetahui waktunya terbatas. Yasmin Napper pun tampil kuat sebagai Nadzira, dengan akting yang natural dan menyentuh. Chemistry keduanya terasa hangat dan tulus, membuat kisah cinta mereka begitu hidup dan mengharukan.
Sinematografi film ini juga patut diapresiasi. Penggunaan warna-warna lembut dan tata cahaya yang tenang menambah nuansa melankolis namun damai dalam setiap adegan. Alur cerita dibangun secara perlahan, memberi ruang bagi penonton untuk ikut merasakan dan merenung.